Posts

Showing posts from October, 2018

Bunga diujung hutan

Kekasih ditempatmu berpijak Mungkinkah dirimu sedang membara Dengan dahi yang berlekuk terlipat lipat Rasa sedih, gundah dan gelisah Aku sedang di perantauan Tak dapat menjagamu dalam dekapan Maaf apabila kau kedinginan Sendirian dengan kopi hangat yang kusarankan Jujur rinduku telah menggebu Kuringankan mencoba melukis wajahmu Mata mata yang sederhana Hidung mungil kecil itu Senyum yang patahkan sayapku Pandangilah angkasa malam ini sayang Telah kuamanahkan langit berbintang tuk memelukmu

Setelah sore

Untuk perempuan yang tersenyum saat petang, terimakasih telah memberi potrait indah untuk dikenang

Aku tanpa kesempatan

Aku telah mencintaimu tanpa kesempatan Seperti tetesan air hujan yang jatuh ke tanah Dibasahkannya hamparan gersang itu Menjadi lembab dan beraroma kerinduan Aku telah mencintaimu tanpa kesempatan Seperti batu karang besar pantai selatan Terus menerus dideru ombak ganas laut Bahkan jika retak dan hancur di tepian Aku telah mencintaimu tanpa kesempatan Seperti matahari kepada bunganya Bersinar sampaikan kasih dan sayang Agar didapatinya bunga itu mekar Setelah hujan dengan kehangatan

Bunga mawar merah

Setangkai Mawar Merah Berduri – duri Menusuk – nusuk Berdarah – Darah Tak lepas oleh bola mata Meliuk – liuk Merekah – rekah Mengikat – ikat Tak lekang tuk dipandang Setangkai mawar merah Menguncup kuncup Terbuai buai Menggigil Oleh rentetan hujan air mata Menari nari Berkelopak lopak Terguyur guyur Oleh terpaan angin utara

Setiap pagi

Dibalik keramaian yang teramat bising, mereka tentu iri pada kicau kicauan riang, diatas ranting ditepian dahan disetiap sarang pada pohon pohon itu

Pengantar pesan

Disampaikannya kepada angin, apa yang tak tersampaikan. Untuk menutup luka - luka pada jiwa yang relung

Sepi

... Adalah meraba raba di ruang hampa ...